Jumat, 30 Juli 2010

Majalah Sekolah sebagai Pilar Demokrasi, Why Not?

Mulyoto

Demokrasi di sekolah mensyaratkan adanya arus balik kehendak dan pikiran dari grasroot -guru, siswa dan orang tua- dalam keseluruhan proses pendidikan. Singkatnya, butuh media penyalur aspirasi dari setiap komponen pendidikan dalam menentukan roda sekolah. Bagaimna caranya? Pada momen apa?

Menjawab pertanyaan di atas terasa rada-rada susah sebab memang tidak ada agenda baku yang mempertemukan pikiran dalam suatu dialektika yang damai dan alami. Dalam konteks inilah saya sangat berharap adanya peran jurnalistik sekolah. Majalah sekolah sebagai produk jurnalistik hendaknya bisa menjadi media alternatif penyalur aspirasi itu. jadi, majalah sekolah tidak hanya mengembangkan bakat kepenulisan anak didik, melainkan yang paling penting menjadi sebuah pilar demokrasi di sekolah?

Apakah ini terlalu utopis? Entahlah. Yang jelas kita butuh suasana dialogis, bukan komunikasi satu arah saja. Bagaimana pendapat Anda?

Kau Pergi

Mulyoto

Rasanya baru kemarin
dengan tenang kau biarkan aku menghisap darahmu
Ketika aku terbujur karena anemia berkali-kali

Rasanya baru kemarin
Kau menyapaku lewat mimpi, lalu kita bercerita tentang angin pagi
Kini kau pergi
tanpa meninggalkan pesan apa pun
Selamat jalan teman,
Tuhan Maha Pengasih akan menyambutmu dalam kedamaian